Gus Dur dan Megawati Ternyata Saudara?

Senin, 5 April 2010 - 15:53 wib
DALAM dialog TVRI, yang dipandu Garin Nugroho dan Usi Karundeng, saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur ditanya tentang hubungannya yang memburuk dengan Megawati. Gus Dur pun membantahnya.

Sebab, kata dia, dirinya dan Megawati masih kerabat cukup dekat. Loh ini benar-benar berita baru. Dari mana asal-usul hubungan kekerabatnnya itu?

"Lah Megawati itu kan anaknya Bung Karno," jawab Gus Dur, tentu semua orang sudah tahu. "Lah Bung Karno itu siapa? Kan keturunan Raden Patah (Raja pertama kerajaan Islam Demak) Saya sendiri siapa? Saya ini keturunan adiknya Raden Patah," imbuhnya.

Tentu saja pernyataan ini membuat pekerjaan besar para sejarahwan Indonesia, untuk mengecek kebenaran info dari Gus Dur itu. Yang jelas jajaran Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sendiri sungguh tak paham ihwal hubungan darah Gus Dur dan Megawati ini.

Seorang tokoh PKB, saat ditanya wartawan di Gedung DPR sambil mengangkat tangan mengaku, "Wah soal ini saya tidak tahu menahu," dan buru-buru melangkah pergi, khawatir diminta penjelasan mengenai ketidaktahuannya itu.

Gedung Baru dan Citra DPR

Selasa, 7 September 2010 - 09:42 wib
BERITA mengenai rencana pembangunan Gedung Baru Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) senilai lebih dari Rp1 triliun sungguh membuat hati kita tersentak.

Di tengah kesulitan ekonomi yang dihadapi sebagian besar rakyat Indonesia yang terkategorikan penduduk miskin, di saat masih banyaknya anak Indonesia yang belum dapat menikmati pendidikan layak, DPR malah akan membangun monumen yang begitu megah di Senayan, Jakarta, sebagai gedung baru para wakil rakyat. Gedung itu bukan hanya megah yang memungkinkan setiap anggota Dewan memiliki ruangan lebih dari 100 meter persegi per orang, tetapi juga tersedia tempat-tempat bersantai.

Ini menambah gerah sebagian kalangan yang peduli pada masa depan demokrasi di Indonesia dan mereka yang menjadi pengamat kinerja parlemen. Alasan pembangunan gedung baru DPR ini didahului dengan berita-berita mengenai betapa berbahayanya para anggota Dewan menempati gedung lama yang katanya sudah tua dan miring tujuh derajat sebagai akibat dari gempa bumi beberapa waktu lalu. Selain itu, gedung lama yang ada juga sudah tidak mampu memberi ruang yang nyaman bagi para anggota Dewan dan tidak mampu memberi tempat bagi para staf ahli Dewan.

Sementara kita tahu dari laporan kehadiran betapa banyak anggota Dewan yang mangkir dalam rapat-rapat, mulai dari rapat komisi, sidang pansus sampai ke sidang paripurna. Tambahan lagi, disinyalir para anggota Dewan juga tidak serius untuk mendapatkan bantuan dari staf ahli karena sistem perekrutan para staf ahli tersebut seakan kurang memperhitungkan sistem merit dan lebih mengutamakan pendekatan kekeluargaan atau nepotisme. Pendek kata, di mata masyarakat secara umum citra DPR begitu buruk. DPR periode 2009–2014 juga dinilai paling buruk kinerja tahun pertamanya dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.

Buruknya kinerja Dewan dapat dilihat dari kehadiran anggota Dewan, kualitas dialog di DPR, jumlah rancangan undang-undang (RUU) yang digodok menjadi undang-undang (UU), bagaimana diskusi-diskusi pada rapat-rapat komisi dengan para mitra kerjanya di pemerintahan, dan kualitas produk yang dihasilkan Dewan. Tidak sedikit orang yang bertanya, mengapa rencana pembangunan gedung baru DPR itu baru muncul sekarang? Apakah itu tidak diproses secara terbuka pada rapat-rapat persiapan RAPBN antara Dewan dan pemerintah? Jika sudah melalui proses politik anggaran yang benar, pertanyaan yang muncul kemudian ialah, mengapa pemerintah dan Dewan sepakat untuk menganggarkan dana yang aduhai besarnya untuk membangun monumen yang amat megah itu?

Jangan-jangan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menyenangkan hati para anggota Dewan agar yang terakhir ini tidak lagi bersikap kritis terhadap pemerintah. Ada pula isu bahwa pemerintah saat ini memang giat menggelontorkan uang ke DPR agar persoalan skandal Bank Century tidak berlanjut. Politik uang bukan hanya terjadi antara para politikus calon anggota Dewan dan para konstituennya saja, melainkan juga antara eksekutif dan legislatif. Malah ada juga isu bahwa praktik politik anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P) seringkali menjadi bagian dari politik bagi-bagi rejeki dari instansi pemerintah terhadap anggota Dewan di komisi-komisi yang menjadi mitra instansi pemerintah tersebut.

Sebagai contoh, jika pemerintah mengajukan anggaran Rp100 miliar untuk proyek tertentu, segelintir anggota Dewan akan menaikkannya menjadi tiga kali lipat asalkan ada uang persentase bagi para anggota Dewan tersebut. Praktik semacam ini menjadi bagian dari cerita yang sering kita dengar di seputar Gedung DPR. Kembali ke soal gedung baru DPR, tidak sedikit komentar dan kritik dari berbagai kalangan mengenai hal itu, termasuk dari kalangan Dewan sendiri. Pembangunan gedung tersebut, seperti diutarakan seorang pengamat politik senior Mochtar Pabottingi, ibarat membangun “monumen penghianatan” karena itu menafikan penderitaan yang masih dialami sebagian besar rakyat Indonesia.

Kini kita tunggu saja apakah pembangunan gedung baru tersebut akan terus berlanjut ataukah ditunda sampai negara benar-benar memiliki kelebihan dana yang dapat diperuntukkan bagi pembangunan gedung berskala besar dan mahal seperti itu? Sensitivitas para pimpinan dan anggota Dewan yang terhormat kini sedang diuji, apakah mereka masih memiliki hati nurani atau tidak?

Mana yang lebih urgen, pembangunan gedung baru atau meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan, kesehatan, serta ketenagakerjaaan di republik yang kita cintai ini? (*)

IKRAR NUSA BHAKTI
Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI

TK Abdurrahman Wahid

Senin, 14 Juni 2010 - 15:31 wib
SETELAH Gus Dur meninggal dunia, banyak pihak yang mengusulkan agar namanya diabadikan sebagai nama antara lain pada universitas, museum, nama jalan. Hal ini sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasa mantan Presiden RI tersebut.

Misalnya Universitas Abdurrahman Wahid di Jakarta, Museum Gus Dur di Jombang, Jalan Abdurrahman Wahid di Surabya, serta Wahid Institute.

Maraknya perbincangan itu membuat pengurus LTMI PBNU Mukhlas teringat dengan humor Gus Dur waktu berkunjung ke Jombang.

Di tempat kelahirannya itu, kata Mukhlas, Gus Dur pernah bercerita bahwa nama kakeknya telah diabadikan menjadi nama universitas, yaitu Institut Keislaman Hasyim Asy'ari (IKAHA) Tebuireng.

Sementara nama ayahnya telah diabadikan menjadi nama SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng dan SMP A. Wahid Hasyim. “Nah berarti saya nanti cuma kebagian TK Abdurrahman Wahid,” ujar Gus Dur, seperti ditirukan Mukhlas.

Puluhan Benda Sakral Disembunyikan WN Italia di Bali

Selasa, 7 September 2010 - 09:01 wib
DENPASAR - Satuan Reskrim Polres Badung, Bali, menggrebek dua gudang yang disewa warga negara Italia dan menemukan puluhan benda sakral yang diperkirakan berusia ratusan tahun.

“Dua gudang itu digunakan sebagai tempat penyimpanan benda sakral Pura atau yang dikenal Pratima,” ujar Kasatreskrim Polres Badung AKP I Ketut Soma Adnyana, Selasa (7/9/2010).

Kepolisian melakukan penggrebekan pada Senin (6/9) malam, sekira pukul 22.30 Wita. Polisi menemukan sekira 110 pratima di tempat tinggal WN Italia tersebut.

Dari pengembangan penyidikan kasus Roberto Gamba, WN Italia itulah polisi menemukan dua gudang lainnya yang berlokasi di Jalan Teuku Umar Barat, Denpasar.


“Kami temukan 24 pratima di salah satu gudang. Sedang satu gudang lainnya belum didapatkan barang bukti,” imbuhnya.

Menurut Soma dua gudang itu milik warga berinisial IS, namun kemudian disewa Roberto Gamba.

Disinggung berapa jumlah pratima yang masih akan dilakukan pencarian, Soma mengaku masih belum bisa memastikan. Hanya saja pihaknya mendapat informasi bahwa WN Italia itu masih menyimpan benda sakral lainnya.


“Kami masih terus cari, untuk hasil terakhir yang kami temukan di gudang itu juga belum final jadi belum bisa di pastikan berapa jumlahnya,” paparnya.

Sebelumnya, jajaran Polres Badung berhasil membekuk Roberto Gamba (50), yang diketahui menyimpan 110 pratima berbagai jenis dan ukuran di Villa Marisa, Kerobokan, Bandung, pada Kamis pekan lalu.

Petugas juga menemukan belasan gagang keris antik lengkap dengan sarungnya. Ada juga serat atau lontar yang bertulisakan huruf-huruf sansekerta yang diduga berumur ratusan tahun. Petugas juga mengamankan beberapa arca berlapis emas.

Sinabung Meletus Lagi, PMI Siagakan Personel

Selasa, 7 September 2010 - 08:22 wib
JAKARTA - Palang Merah Indonesia (PMI) siagakan personelnya sebanyak 45 orang di lokasi pengungsian Kabanjahe, Kabupaten Tanah Karo. Ini menyusul meletusnya Gunung Sinabung untuk kesekian kalinya, dini hari tadi.

Seperti rilis PMI yang diterima okezone, Selasa (7/9/2010), PMI telah siagakan 42 personel. 35 personel diantaranya adalah para anggota Satuan Penanganan Bencana (Satgana) yang disiagakan untuk dikerahkan ke lokasi bencana. Mereka berasal dari PMI Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Labuan Batu, Binjai, dan Tanah Karo.

Terkait warga yang belum kembali ke pengungsian, Koordinator Posko PMI sekaligus koordinator lapangan untuk penanggulangan bencana Gunung Sinabung, Khairunsyah, menjelaskan, “Kemungkinan besar mereka sudah menyelamatkan diri”.

Untuk sementara, belum ada kabar bahwa para pengungsi kembali ke lokasi pengungsian, pascaletusan dini hari tadi.

”Para warga ini, sedang bertugas menjaga kampungnya bersama personil TNI dan Polri,” tutur Khairunsyah.

Sebelumnya, Gunung Sinabung kembali meletus pada dini hari tadi, sekira pukul 00.25 WIB. Kali ini, letusannya lebih kuat dibanding letusan yang terjadi pada Jumat 3 September lalu.

Sinabung Meletus Lagi, Gempa Terasa di Radius 8 Km

Selasa, 7 September 2010 - 09:06 wib
MEDAN - Gunung Sinabung meletus lagi pada dini hari tadi. Menyusul hal itu, gempa pun terjadi dan ini terasa hingga radius 8 kilometer.

“Letusannya terjadi 37 detik, lebih kuat dari sebelumnya. Selain itu, juga terjadi gempa dangkal berkekuatan kecil berkali-kali yang terasa hingga lebih 8 km,” ujar Kepala Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi, Surono, saat dihubungi dari Medan, Selasa (7/9/2010).

Surono menambahkan, letusan kali ini mengeluarkan abu vulkanik hingga radius 8 km. Sedangkan tinggi asap mencapai sekira 5.000 km.

Sekira 10 menit setelah letusan terjadi, listrik di Kabanjahe dan sekitarnya padam. Sehingga lokasi pengungsian terpaksa menggunakan genset.

Hujan deras juga sudah turun sejak sore sebelumnya. Sehingga puncak gunung tidak kelihatan. Apalagi kabut tebal juga menutupinya.

Sementara itu, saat letusan terjadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih menginap di Medan malam tadi. Namun tidak terjadi peristiwa berarti, karena getaran letusan Sinabung tidak terasa sampai ke Medan. Presiden sendiri bertolak ke Jakarta pagi ini.

Ratusan Pengungsi Dirawat di RSUD Kabanjahe

Selasa, 7 September 2010 - 09:43 wib
MEDAN - Jumlah pengungsi pascaletusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang terserang penyakit terus meningkat.

Sebanyak 103 pengungsi dirawat di rumah sakit karena demam, diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), iritasi mata, tekanan darah tinggi, dan kecemasan.

”Mereka rata-rata menderita penyakit sejak sebelum mengungsi. Penyakitnya semakin parah setelah berada di lokasi pengungsian. Tapi kita sudah memberikan perawatan di RSUD Kabanjahe,” jelas Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Karo Perdana Sebayang kepada wartawan, Senin 6 September.

Para pengungsi itu sendiri terpaksa harus menjalani rawat inap, karena keterbatasan alat dan fasilitas di lokasi pengungsian. Sebagian besar mereka menderita ISPA.

Sedangkan, Posko Utama Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo mencatat sebanyak 2.087 pengungsi mengalami sakit. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.144 orang menderita ISPA. Namun, penyakit yang diderita sebagian besar mereka tidak terlalu parah, sehingga masih bisa dirawat di lokasi pengungsian.

Lebaran, Bus Transjakarta Ubah Jadwal Operasional

JAKARTA - Jadwal operasional bus Transjakarta pada H-1 dan tepat di hari raya Idul Fitri mengalami perubahan.

Menurut Manajer Pengendalian Transjakarta, Gunardjo, pada H-1 atau dikenal malam takbiran, bus Transjakarta beroperasi hingga pukul 18.30 WIB. Ini berlaku untuk semua koridor. Berbeda dengan hari biasa, bus beroperasi hingga pukul 22.00 WIB.

”Karena kita beri kesempatan masyarakat untuk bertakbiran,” kata Gunardjo kepada okezone, Selasa (7/9/2010).

Sedangkan tepat di hari raya nanti, Transjakarta beroperasi mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.

”Kalau biasanya, normal mulai pukul 05.00 WIB,” tambahnya.

Mengenai penambahan armada, Gunardjo mengaku pihaknya tidak memprioritaskan hal itu. Namun jika pada kenyataannya nanti terjadi lonjakan penumpang maka akan digunakan bus dari koridor lain yang lebih sepi.

Salah satu koridor busway yang dipastikan mengalami lonjakan yaitu Koridor 5 (Kampung Melayu-Ancol) dan Koridor 6 (Ragunan-Latuharhari).

”Sampai-sampai bus tidak bisa masuk ke Ragunan, karena tertutup oleh orang-orang yang datang ke kebun binatang Ragunan. Jadi biasanya kami memutar di halte sebelum Ragunan yaitu halte SMK 57. Dari situ penumpang berjalan kaki menuju Ragunan,” ujarnya.

Berdasarkan pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, Gunardjo menuturkan, pada hari H biasanya bus masih bisa masuk ke dalam terminal Ragunan. Namun pada H+1 dan H+2, bus tidak bisa masuk lantaran penuhnya pengunjung kebun binatang.

”Kita lebih baik mengalah dengan memutar di halte sebelumnya, halte SMK 57 daripada harus 'melawan' pengunjung kebun binatang,” tandasnya.